Banyak diantara ikhwah sudah merasa menjadi bagian dari jama'ah ini hanya karena rutin mengikuti pertemuan pekanan atau liqo, ana bisa memahami hal itu karena memang liqo adalah salah satu perangkat tarbiyah, akan tetapi perlu diketahui bahwa liqo bukanlah satu-satunya perangkat tarbiyah, masih ada mabit/tasqif dan mukhoyyam yang memang ketiganya tidak bisa terpisahkan satu sama lain.
Seorang ikhwah baru bisa dikatakan mengikuti proses tarbiyah dengan sempurna bila ia menjalani tiga perangkat tarbiyah tersebut, karena kalau tidak, dia seperti tubuh yang tidak sempurna.
Sebagai perumpamaan tubuh kita akan hidup jika anggota tubuh ini lengkap, ada kepala, badan, kaki, dan anggota tubuh lainnya, coba banyangkan jika salah satu anggota badan ini tidak ada, misalnya tanpa kepala, maka bisa dipastikan tubuh ini tidak akan hidup, bagitupun dengan proses tarbiyah, jika diumpamakan liqo pekanan itu adalah bagian kaki, tasqif/mabit bagian tengah anggota badan, maka mukhoyyam adalah bagian kepala, kepala dalam tarbiyah.
Jadi dengan kata lain ketika proses tarbiyah ini hanya diisi dengan kegiatan liqo pekanan dan mabit/tasqif saja tanpa keikutsertaan dalam kegiatan mukhoyyam maka tarbiyah ini seperti tubuh tak berkepala.
Ikhwani fillah, mengapa ana berpandangan mukhoyyam ini adalah seperti kepala dalam tubuh kita? Kita tahu bahwa dibagian kepala ada mata sarana untuk melihat ada telinga untuk mendengar ada otak untuk berfikir, ada mulut untuk berbicara serta hidung untuk mencium, dan kita sangat tahu bahwa itu semua adalah fungsi yang sangat vital dalam hidup ini.
Dengan mukhoyyam kita akan mudah untuk melihat, mendengar dan mencium lalu kemudian berfikir dan membentuk sebuah perasaan sensitif serta memberikan sebuah argumentasi akan segala hal yang pada akhirnya membangkitkan akan empati terhadap penderitaan saudara2 kita yg sedang berjuang mempertahankan hak-haknya, itulah mengapa ust.
Irfan Maulidi dalam taujihnya pada acara penutupan mukhoyyam kemarin mengatakan bahwa; kita tidaklah mungkin dapat merasakan penderitaan perjuangan saudara2 kita dibelahan dunia ini kalau kita lebih senang berkumpul bersama keluarga, anak dan istri kita, tidak pula bisa merasakan rasa lelah, letih, lapar dan penderitaan lainya yg dialami oleh saudara-saudara kita disana jika kita berada di meja makan bersama keluarga.
Mukhoyyam adalah sarana untuk membangkitkan perasaan itu semua, bahkan ust. Irfan dengan nada berapi-api dan lantang mengatakan,
"Beritahukan kepada saudara kita yang saat ini berada dirumah dan berkumpul dengan anak istrinya, bahwa membangkitkan sebuah mental pejuang dan jihad hanya didapat dengan merasakan secara langsung kesulitan dan penderitaan para pejuang, yaitu dengan mukhoyyam walaupun kita mengalami itu hanya beberapa jam saja, sedangkan saudara kita mengalami hal itu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, rasa empati ini akan muncul bila kita merasakan langsung apa saja penderitaan saudara2 kita itu, musuh kita sudah bersatu padu dan sudah menyusun kekuatan untuk menghancurkan kita, namun kita masih saja terlena dengan rutinitas kehidupan kita. Musuh-musuh Islam sudah membidikan senjata-senjatanya kepada kita umat Islam tapi kita sibuk dengan urusan dunia bahkan masih memikirkan akan kekurangan materi."imbuh ust.
Irfan dengan nada emosional dan mata berkaca-kaca. Bahkan beliau juga menyampaikan bahwa
"saudara2 kita di mesir sangat mampu dan berani untuk angkat senjata melawan pemerintah zholim tapi itu tidak mereka lalukan demi kebaikan kita di sini. Mereka ingin menunjukan bahwa mereka bukanlah seperti apa yg musuh tuduhkan, bahwa kita lebih mengutamakan cara damai dalam berjuang, dan mereka tetap menahan diri demi kebaikan saudara-saudaranya dibelahan dunia lain" kata Ust. Irfan.
Lalu bagaimana dengan kita yang berada disini, apakah sudah ada empati terhadap penderitaan saudara2 kita itu? Apakah hanya cukup bagi kita membicarakan dan mendiskusikannya penderitaan sudara kita di mesir, yaman dan palestina itu di majelis liqo saja yang notabenenya berada di tempat yang nyaman dan tersedia makanan dan minuman??? bahkan kadang-kadang kita laksanakan di rumah makan.
Bagaimana mungkin membicarakan penderitaan saudara kita di palestina yang sedang kelaparan di meja makan?
Yu...kita mukhoyyam...! karena itulah tarbiyah yang sebenarnya.
Wallahu'alam
sumber : Pks Neglasari
0 komentar:
Posting Komentar